NEVER FORGET TO SAY LAILAHA ILLOH
BANGUNAN ASAL MADRASAH DARUN NAJAH YANG MASIH KOKOH SEJAK TAHUN 1973
Kamis, 17 Oktober 2024
SANG GURU
Assalamu'alaikum Wr. wb. bismillah alhamdulillah wassolatu was salamu 'ala
rosulillah... Ahamdulillah masih diberi umur panjang sehat wal'afiah semoga kita
dapat berkumpul dalam keadaan bahagia... tahun kemarin kita telah kehilangan
sosok guru sepuh DARUN NAJAH Keboncandi.... beliau mengajarkan kita menjadi
pribadi yg santun yg biasa saja, beliau selalu menyarankan kepada para santri
untuk tetap menyempatkan waktu untuk menimba ilmu/ berkumpul dengan orang-orang
sholeh belau adalah Al Marhum Al maghfurlah kiyai A. Baidlowi Ma'sum... beliau
adalah sosok guru sekaligus orang tua bagi para santri... beliau lebih terkesan
biasa dan tidak mau menonjolkan diri... beliau lebih suka dipanggil anak santri
dengan sebutan "mamak(Paman)" dibanding dengan panggilan Ustadz/Mas/kiyai...
suka menjalin tali silatur rahmi kepada saudara, mengenalkan panggilan ("pernae
dulur" tradisi jawa) sahabat santri yg berbahagia semoga kita dapat meniru
beberapa ahlaq beliau dan saya pribadi juga masih dalam tahab belajar... Berikut
beberapa ustadz-ustadz madrasah DARUN NAJAH keboncandi yg juga perlu kita ingat
mereka adalah sosok guru dan juga orang tua bagi kita para sahabat santri
Madrasah DARUN NAJAH : AL USTADZ KYAI UBAIDILLAH ADRO'I (PENDIRI PONDOK
PESANTREN SALAFIYAH PUTRI KEBONCANDI) AL USTADZ KH. MAS ABDULLAH MUHAMMAD AL
USTADZ KYAI MAS ABDUL ADZIM ABDUL HAQ AL USTADZ ALI MUSTOFA ABDUL HAMID AL
USTADZ MUHAIMIN ABDULLOH juga beberapa ustadz sepuh yg saya pribadi masih terus
menggali informasinya ... insya alloh kedepannya kami akan menyampaikan biografi
beberapa ustadz yang sudah mengabdikan waktunya untuk kegian belajar mengajar di
madrasah DARUN NAJAH keboncandi apabila para sahabat memiliki beberapa informasi
silahkan hubungi kami dan segenap team ihdinas shirothol mustaqin apbila ada
kekurangan kesalahan dalam penulisan mohon dikoreksi dan diperbaiki wa ahiron
... wassalamu'alaikum wr. wb.
THORIQOH TERTUA DI DUNIA
Tidak semua aliran Thariqah diakui keabsahannya oleh Nahdlatul Ulama (NU); setidaknya ada 45 Thariqah NU yang berstandar, yakni Thariqah yang Mu’tabarah. Hanya mereka yang memenuhi standar saja yang diperkenankan masuk menjadi Banom NU dalam JATMAN, Jamiyyah Ahluth Thariqah Al Mu’tabarah Al Nahdliyyah.
Para kiai NU pengamal thariqah membentuk organisasi thariqah yang bernama Jam’iyyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah pada 10 Oktober 1957 di Magelang, Jawa Tengah. Organisasi ini mampu menghimpun dan menyatukan berbagai organisasi thariqah yang ada di kalangan NU. Dari sinilah tumbuh dan berkembangnya dalam Jamiyyah Ahluth Thariqah Al Mu’tabarah Al Nahdliyyah.
Daftar Isi
Thariqah Di Indonesia
Thariqah yang Mu’tabarah
Persatuan Thariqah
45 Thariqah Mu’tabarah
Thariqah Di Indonesia
Seperti apa gambaran keberadaan thariqah di Indonesia ? KH Aziz Masyhuri, pengasuh Pondok Pesantren Al-Aziziyah Denanyar pernah melakukan penelitian tentang aliran Thariqah di Indonesia. Kesimpulan yang didapat; keberadaan Thariqah di tanah air ini ada sekitar ribuan. Jumlah itu dianggap wajar seiring dengan dinamika yang mengelilinginya.
Salah satu contoh, ada sebuah aliran Thariqah yang demikian berpengaruh dan memiliki massa besar di salah satu kota di Jawa Timur, namun dalam perkembangan berikutnya terjadi perpe-cahan dan masing-masing berdiri sendiri.
Kondisi itu masih diper¬parah lagi dengan campur tangan pemerintah yang berkuasa kala itu. Jadilah berkeping-keping. Dunia Thariqah memang rentan terpecah-pecah dan ingin berdiri sendiri-sendiri. Masing-masing menjadi seorang Mursyid.
Di Indonesia, tercatat ada bermacam-macam Thariqah dan organisasi yang mirip Thariqah. Beberapa di antaranya hanya sebagai Thariqah lokal yang berdasarkan pada ajaran-ajaran dan amalan-amalan guru tertentu.
Thariqah lainnya, biasanya yang lebih besar, sebetulnya merupakan cabang-cabang dari gerakan Sufi internasional. Misalnya Khalwatiyah (Sulawesi Selatan), Syattariyah (Sumatera Barat dan Jawa), Qadiriyah, Rifa’iyah, Idrisiyah atau Ahmadiyah. Juga Tijaniyah dan yang paling besar adalah Naqsyabandiyah.
Thariqah yang Mu’tabarah
Apa yang telah dilakukan Kiai Aziz adalah mencoba menampilkan profil Thariqah yang telah berstandar dan sesuai dengan pakem Nahdlatul Ulama, yakni Thariqah yang Mu’tabarah.
Pada Muktamar ketiga yang berlangsung di Surabaya (1928), kala itu ada sejumlah kalangan yang mempersolkan keberadaan Thariqah Tijaniyah; apakah memiliki sanad yang muttashil kepada Rasululloh? Para Ulama telah menetapkan bahwa Tijaniyah adalah termasuk yang dibenarkan lantaran sanadnya muttashil (tersambung).
Secara singkat, Kiai Aziz mengemukakan bahwa kriteria kemu’tabaran sebuah Thariqah, kriteria thariqah mu’tabarah adalah dapat dilihat dari sanad para Mursyidnya yang muttashil sampai kepada Rasulullah SAW.
Demikian pula yang tidak bisa ditawar adalah ajaran yang disampaikan harus berpedoman pada pakem NU; yakni dalam fiqh mengikuti salah satu imam empat. Dalam aqidah mengikuti Imam Asy’ari dan Maturidi.
Dari terselenggaranya pertemuan para ahli Thariqah dan Sufi di Jakarta beberapa waktu yang lalu, ada beberapa manfaat yang bisa diambil oleh Indonesia sebagai tuan rumah. Paling tidak, hal ini akan menstimulus ahli Thariqah untuk bisa bersatu.
Persatuan Thariqah
Bila persatuan Thariqah bisa digagas, akan berdampak positif bagi Indonesia. Dan kalau pertemuan dan persatuan ini bisa diselenggarakan secara berkesinambungan, manfat berikutnya adalah akan terjadi saling komunikasi antar pengikut dan Mursyid Thariqah yang ada. Pertemuan seperti itu dapat dijadikan sebagai wahana untuk melakukan koreksi sekaligus klarifikasi atas beberapa informasi yang beredar.
Seperti dalam kasus Thariqah Naqsyabandiyah Haqqaniyah. Di sebagian negara seperti Syria, ada beberapa Mursyid yang mempertanyakan kemu’tabaran Thariqah ini. Karenanya, di pertemuan yang diselenggarakan oleh PBNU yang menghadirkan banyak ahli thariqah dan Sufi. Akhirnya dapat dijadikan sarana untuk menjelaskan keberadaan thariqah yang dimaksud.
Prakarsa PBNU sepertinya disambut positif berbagai kalangan khususnya ahli thariqah dan Sufi dunia. Tidak salah kalau kemudian peserta berharap, Indonesia menjadi harapan bagi keberlansungan pertemuan ini di kemudian hari. Dan hal ini tentunya bukannya tanpa tanggung jawab.
PBNU dan Thariqah di tanah air harus menjaga kepercayaan ini demi kelangsungan dan masa depan Thariqah di belahan dunia. Tanpa itu, harapan dunia akan sia-sia.
45 Thariqah Mu’tabarah
Berikut ini Daftar 45 Thariqah Berstandar atau Mu’tabarah dan Lingkungan Nahdlatul Ulama (NU)
1 Ahmadiyah 24 Matlubiyah
2 Akbariyah 25 Maulawiyah
3 Alawiyah 26 Naqsyabandiyah
4 Abbasiyah 27 Naqsyabandiyah Khalidiyah
5 Bayumiyah 28 Qodiriyah
6 Buhuriyah 29 Qodiriyah Wan Naqsyabandiyah
7 Bakriyah 30 Rumiyah
8 Bairumiyah 31 Rifaiyah
9 Bakdasyiyah 32 Syadziliyah
10 Chistiyah 33 Syuhrawardiyah
11 Dasuqiyah 34 Sa’diyah
12 Ghozaliyah 35 Sya’baniyah
13 Ghoibiyah 36 Syathoriyah
14 Haddadiyah 37 Sunbuliyah
15 Hamzawiyah 38 Sammaniyah
16 Idrusiyah 39 Tijaniyah
17 Isawiyah 40 Thuruq Akabiral Auliya
18 Idrisiyah 41 Umariyah
19 Jalwatiyah 42 Usysyaqiyah
20 Kubrowiyah 43 Utsmaniyah
21 Khalwatiyah 44 Uwaisiyah
22 Kalsyaniyah 45 Zainiyah
23 Malamiyah
Selain 45 thariqah mu’tabarah di atas, Muktamar NU 1931 memutuskan hal penting lain yang memperluas cakupan thariqah mu’tabarah. Bagi NU, orang-orang Islam yang mendawamkan membaca Al-Quran, Dala’il Khairat, Fathul Qarib, Kifayatul Awam, dan sejenisnya. Juga dipandang mengikuti thariqah mu’tabarah.
dari beberapa thoriqoh diatas ternyata ada sebuah thoriqoh yang udah ada sejak zaman azali hingga nanti dihari qiyamat, thoriqoh yg sangat masyhur ini adalah thoriqoh ta'lim wa muta'alim....
Baca juga NU, Organisasi Keagamaan & Kemasyarakatan Islam Aswaja
Baca Selengkapnya di: https://pcnucilacap.com/45-thariqah-nu-yang-berstandar/
Kamis, 01 Juli 2021
Call back ilmu nahwu
A. Mubtadak-Khobar
Dalam bahasa Inggris, dikenal nominal sentence, yaitu kalimat yang memiliki subjek, tobe, dan predikatif. Dalam bahasa Indonesia juga ada tapi tidak pernah konsisten dalam grammar.
Contoh:
Ice is cool = Es itu dingin.
Tom is a postman = Tom adalah seorang tukang pos.
He is in his room = Dia sedang di dalam kamarnya.
Sehingga lagi-lagi saya akan menerjemahkan ke bahasa Inggris agar penerjemahannya lebih konsisten.
Dalam bahasa Arab, nominal sentence tidak punya tobe dan hanya terdiri dari:
Mubtadak (الْمُبْتَدَأُ) : the start, yaitu subjek dari nominal sentence
Khobar (الْخَبَرُ): the predicate, yaitu predikatif –> KHOBAR adalah bagian yang ditekankan dalam kalimat ini, bukan mubtadaknya.
Predikatif boleh lebih dari satu, dan masing-masingnya boleh berupa noun dan adjective.
Contoh:
As-samaa-u shoofiyatun (السَّمَاءُ صَافِيَةٌ) = The sky IS clear.
A-mu’allimuuna hunaa (الْمُعَلِّمُوْنَ هُنَا) = The teachers ARE here.
Anta syakhshun thoyyibun (أَنْتَ شَخْصٌ طَيِّبٌ) = You ARE a kind person.
Aina hum? (أَيْنَ هُمْ؟) = Where ARE they?
Shodiiqii huwa maalikul matjari (صَدِيْقِيْ هُوَ مَالِكُ الْمَتْجَرِ) = My friend IS the owner of the shop.
Haadzaa huwasy syariifu wan nabiilu wal kariimu (هَذَا هُوَ الشَّرِيْفُ وَالنَّبِيْلُ وَالْكَرِيْمُ) = Haadzaa huwasy syariifun nabiilul kariimu (هَذَا هُوَ الشَّرِيْفُ النَّبِيْلُ الْكَرِيْمُ) = This IS a very honest, noble, generous man.
Perhatikan contoh terakhir, kata WA (artinya “dan”) dalam bahasa Arab harus ditambahkan di setiap koma, bukan sebelum akhir penyebutan saja.
B. Jumlah Ismiyyah (الْجُمْلَةُ الاِسْمِيَّةُ)
Yaitu kalimat yang diawali subjek. Dalam bahasa Inggris, penekanan bahwa subjek lebih penting daripada predikat ADALAH melalui intonasi. Sedangkan dalam bahasa Arab, penekanan ADALAH melalui peletakan subjek. Pemakaian jumlah ismiyyah menandakan bahwa SUBJEK adalah elemen paling penting dalam kalimat tersebut. Sedangkan pemakaian jumlah fi’liyah menandakan PREDIKAT lebih penting daripada subjek, atau tidak ada penekanan khusus dalam kalimat itu.
Pola: [Others] – [Subjek] – [Kata Kerja] – [Others]
Perhatikan juga bahwa Kata Kerja dalam bahasa Arab HARUS mengandung akhiran kata ganti yang mewakili subjeknya.
Contoh:
Al-waladu yaqro-u kitaabahu (الْوَلَدُ يَقْرَأُ كِتَابَهُ) = THE BOY reads his book.
Al-banaatu yal’abna fil hadiiqoti (الْبَنَاْتُ يَلْعَبْنَ فِيْ الْحَدِيْقَةِ) = THE GIRLS play in the park.
Bentuk perfective dari mubtadak khobar adalah dengan menambahkan kaana (كَانَ), yang artinya “was”.
Bentuk future tense nya adalah dengan menambahkan sayakuunu/saufa yakuunu (سَوْفَ يَكُوْنُ).
Contoh:
As-samaa-u shoofiyatun (الْسَّمَاءُ صَافِيَةً) = The sky IS clear.
As-samaa-u kaanat shoofiyatun (الْسَّمَاْءُ كَانَتْ صَافِيَةً) = The sky WAS clear.
As-samaa-u satakuunu shoofiyatun (الْسَّمَاءُ سَتَكُوْنُ صَافِيَةً) = The sky WILL BE clear.
Dalam jumlah ismiyyah, kalau subjeknya berupa kata ganti orang ketiga berarti subjeknya SEDANG ditekankan. Tapi kalau subjeknya orang pertama dan kedua, subjek TIDAK ditekankan, kecuali intonasinya berkata begitu.
Contoh:
Anaa a’rifu (أَنَا أَعْرِفُ) = I know.
Kalau kata anaa ditekankan, maka kalimat itu sedang menekankah bahwa “saya, bukan kita, bukan dia, bukan mereka, bukan kalian” yang tahu.
Kalau tidak ada penekanan subjek, maka kalimat tersebut bisa disingkat jadi: A’rifu (أَعْرِفُ) = I know.
Oleh karena itu, penting sekali bagi pembaca Alqur-an untuk tidak ASAL JEPLAK membacakan Alqur’an membabi buta tanpa tahu apa yang sedang dibacanya, sehingga tidak memberikan intonasi yang benar. Jadi sekarang Anda paham khan bedanya:
Pembaca Quran yang buru-buru akan membaca bagai robot = bagaikan membacakan pidato dari teks sambutan yang belum pernah dia baca sebelumnya.
Pembaca Quran yang membacakan Quran dengan penuh penghayatan (apalagi sudah membaca dulu) = bagaikan membacakan pidato dengan berapi-api penuh penghayatan, karena dia tahu mana subjeknya, mana predikatnya.
C. Jumlah Fi’liyyah (الْجُمْلَةُ الْفِعْلِيَّةُ)
Yaitu kalimat yang berawalan kata kerja.
Pola: [Others] – [Kata Kerja] – [Others] – [Subjek] – [Others].
Contoh:
Yaqro-ul waladu kitaabahu (يَقْرَأُ الْوَلَدُ كِتَابَهُ) = The boy reads his book.
Kaanatis samaa-u shoofiyatun (كَانَتِ السَّمَاءُ صَافِيَةً) = The sky was clear.
Perhatikan juga bahwa Kata Kerja dalam bahasa Arab HARUS mengandung akhiran kata ganti yang mewakili subjeknya, baik subjeknya disebutkan setelahnya ataupun tidak disebutkan.
Kalau Subjek yang disebutkan SETELAH Kata Kerja adalah mu-tsanna (dual) atau jama’ (plural), maka akhiran kata ganti dari Kata Kerja adalah bentuk mufrodnya (singular).
Contoh:
Yadzhabur rojulu ilaa ‘amalihi (يَذْهَبُ الرَّجُلُ إِلَى عَمَلِهِ) = The man goes to his work.
Yadzhabur rijaalu ilaa a’maalihim (يَذْهَبُ الْرِّجَالُ إِلَى أَعْمَالِهِمْ) = The men go to their work.
Ar-rijaalu yadzhabuuna ilaa a’maalihim (الرِّجَاْلُ يَذْهَبُوْنَ إِلَى أَعْمَالِهِمْ) = THE MEN go to their work.
Jenis kelamin dari akhiran kata ganti MENGIKUTI jenis kelamin subjek, tapi kalau subjek mu-annats, akhiran kata ganti Kata Kerja BOLEH mu-dzakkar. Perhatikan Al-kaksu adalah ism mu-annats, tapi Kata Kerja yang mendahuluinya BOLEH berakhiran kata ganti mu-dzakkar maupun mu-annats. Tapi kalau subjek mu-dzakkar, Kata Kerja TIDAK BOLEH mu-annats.
Contoh:
Waqo’al kaksu (وَقَعَ الْكَأْسُ) = Waqo’atil kaksu (وَقَعَتِ الْكَأْسُ) = The cup fell.
Kalau Subjek adalah jama’ taksir (baik mu-annats maupun mu-dzakkar), maka Kata Kerja BOLEH mu-dzakkar BOLEH mu-annats.
Contoh:
Qod jaa-atir rijaalu (قَدْ جَاءَتِ الرِّجَالُ) = Verily, the men have come.
Kata ganti (selain orang ketiga tunggal = he/she) yang dimunculkan setelah verb, ITU BUKANLAH SUBJEK, tapi penekanan saja.
Contoh:
Ta’riful jawaaba (تَعْرِفُ الْجَوَاْبَ) = you know the answer.
Ta’rifu antal jawaaba (تَعْرِفُ أَنْتَ الْجَوَاْبَ) = YOU know the answer.
D. Af’aalun Naaqishoh (الأَفْعَاْلُ النَّاْقِصَةُ) = Af’aalun Naasikhoh (الأَفْعَاْلُ النَّاْسِخَةُ) = Kaana Wa Akhwaatuhaa (كَانَ وَأَخَوَاتُهَا)
Yaitu KATA KERJA yang baru bisa diartikan kalau tidak sendirian. Contoh: was, were, will never.
Af’aalun naaqishoh SELALU diikuti oleh:
Ism Fi’l Naaqishoh (اِسْمُ الْفِعْلِ النَّاقِصِ)
Khobar Fi’l Naaqishoh (خَبَرُ الْفِعْلِ النَّاقِصِ) dan fi’l/keterangan tempat/khobar. Kalau diikuti khobar, khobar harus MANSHUB.
Contoh:
Kaanal waladu yal’abu (كَانَ الْوَلَدُ يَلْعَبُ) = The boy played.
Kaanal waladu fil hadiiqoti (كَانَ الْوَلَدُ فِيْ الْحَدِيْقَةِ) = The boy was in the park
Kaanatis samaa-u shoofiyatun (كَانَتِ السَّمَاءُ صَافِيَةً) = The sky was clear.
Maazaala (مَا زَالَ) = remain; dan laisa (لَيْسَ)= wasn’t; PASTI berstatus af’aalun naaqishoh.
Contoh:
Maazaalal waladu (مَا زَالَ الْوَلَد) = The boy is still…
Maazaalal waladu sa’iidan (مَا زَالَ الْوَلَدُ سَعِيْدًا) = The boy is still happy.
Tapi beberapa kata kerja BISA jadi kata kerja biasa ATAUPUN af’aalun naaqishoh:
Kaana (كَانَ) = he was
Ashbaha (أَصْبَحَ) = he was in the morning
Amsaa (أَمْسَىْ) = he was in the evening
Adhhaa (أَضْحَىْ) = he was in the forenoon
Ghodaa (غَدَا) = he was in the early morning
Baata (بَاتَ) = he spent the night
Dholla (ظَلَّ) = Baqiya (بَقِيَ) = he stayed
Shooro (صَارَ) = he was transferred
‘Aada (عَادَ) = Roja’a (رَجَعَ) = he returned
Maa ‘aada (مَا عَادَ) = he is no longer
Jaa-a (جَاءَ) = he came
Aa-dloo (آضَ) = Inqolaba (اِنْقَلَبَ) = Istahaala (اِسْتَحَالَ) = Tahawwala (تَحَوَّلَ) = he was transformed
Tabaddala (تَبَدَّلَ) = he was changed
Maa bariha (مَا بَرِحَ) = He is still/He didn’t leave
Maa fati-a (مَا فَتِئَ) = He is still/He is always/He didn’t let go
Maa infakka (مَا انْفَكَّ) = He is still/He wasn’t released
Maa daama (مَا دَامَ) = as long as
Contoh:
Kaanal waladu (كَانَ الْوَلَدُ) = The boy was (sebagai af’aalun naaqishoh), atau The boy existed (sebagai kata kerja biasa).
Ashbahats tsalju maa-an (أَصْبَحَ الثَّلْجُ مَاءً) = This morning the ice became water.
Sayushbihuts tsalju maa-an (سَيُصْبِحُ الثَّلْجُ مَاءً) = This morning the ice will become water.
Sa usaa’uduka maa dumta bi haajatii (سَأُسَاعُدُكَ مَا دُمْتَ بِحَاجَتِيْ) = I will help you as long as you are in need of me.
E. Kaada Wa Akhwaatuhaa (كَاْدَ وَأَخَوَاْتُهَاْ)
Kata kerja ini harus selalu harus diikuti Kata Kerja atau frase infinitif agar punya arti. Ada 3 jenis:
E.1. Af’alul Muqoorobah (أَفْعَالُ الْمُقَارَبَةِ) = about to/almost
Yaitu:
Kaada (كَادَ)
Au-syaka (أَوْشَكَ)
Karoba (كَرَبَ)
Contoh:
Kaadal waqtu yanqo-dlii (كَادَ الْوَقْتُ يَنْقَضِيْ) = The time was almost up.
Yakaadul waqtu yanqo-dlii (يَكَادُ الْوَقْتُ يَنْقَضِيْ) = The time is almost up.
Au-syakal mathoru an yahthil (أَوْشَكَ الْمَطَرُ أَنْ يَهْطِلَ) = The rain is about to fall.
E.2. Af’alur Rojaak (أَفْعَالُ الَّرَجَاءِ) = hopefully
Yaitu:
‘Asaa (عَسَىْ)
Haroo (حَرَى)
Ikhlaulaqo (اِخْلَوْلَقَ)
Contoh:
‘Asaa robbukum an yarhamakum (عَسَىْ رَبُّكُمْ أَنْ يَرْحَمَكُمْ) = May Lord of you-all have mercy you-all.
Hal ‘asaitum in naadaitukum an tujiibuunii? (هَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ نَادَيْتُكُمْ أَنْ تُجِيْبُوْنِيْ؟) = Is it hopefully to you: if I call you, you answer me?
‘Asaahum hunaaka (عَسَاهُمْ هُنَاكَ) = Hopefully they are there
E.3. Af’alusy Syuruu’ (أَفْعَالُ الشُّرُوْعِ) = begin to
Yaitu:
Ja’ala (جَعَلَ)
Akho-dza (أَخَذَ)
Ansya-a (أَنْشَأَ)
Syaro’a (شَرَعَ)
Thofiqo (طَفِقَ)
Rooha (رَاحَ)
Inbaroo (اِنْبَرَى)
Bada-a (بَدَأَ)
Ibtada-a (اِبْتَدَأَ)
Qooma (قَامَ)
‘Aliqo (عَلِقَ)
Habba (هَبَّ)
Contoh:
Syaro’al aulaadu yunadhdhifuunal manzila (شَرَعَ الأَوْلادُ يُنَظِّفُوْنَ الْمَنْزِلَ), Fa akho-dza anasun yajma’un nifaayaati (فَ أخَذَ أَنَسٌ يَجْمَعُ النِّفَايَاتِ), Wa ja’ala husaamun yurottibul asirrota (وَجَعَلَ حُسَامٌ يُرَتِّبُ الأَسِرَّةَ), Wanbarot riimaa taghsilush shuhuuna (وانْبَرَتْ رِيْمَا تَغْسِلُ الصُّحُوْنَ), Wa qooma haanii yamsahul ghubaaro (وَقَاْمَ هَانِيْ يَمْسَحُ الْغُبَارَ)
Artinya: The kids started to clean the house, then, Anas started to collect the trash, and Husaam started to tidy the beds, and Rima started to wash the dishes, and Hani started to wipe the dust.
F. Akhruful mu-syabbahatu bil fi’l (الأَحْرُفُ الْمُشَبَّهَةُ بِالْفِعْلِ)
Yaitu partikel yang menyerupai kata kerja. Meliputi:
F.1. Inna (إِنَّ)
Dipakai di jumlah ismiyyah, untuk menghilangkan penekanan subjek, sehingga berperilaku sama dengan jumlah fi’liyyah. Meski begitu, inna artinya “It’s true that” atau “It’s verified that” atau “Truthfully”.
Contoh:
Yaqro-ul walaadu kitaabahu (يَقْرَأُ الْوَلَدُ كِتَابَهُ) = The boy reads his book.
Al-waladu yaqro-u kitaabahu (الْوَلَدُ يَقْرَأُ كِتَابَهُ) = THE BOY reads his book.
Innal walada yaqro-u kitaabahu (إِنَّ الْوَلَدَ يَقْرَأُ كِتَابَهُ) = It’s true that the boy reads his book.
Kaidah inna:
Inna harus diletakkan di depan jumlah ismiyyah/mubtadak khobar.
Subjek dari jumlah ismiyyah HARUS manshub.
Dikatakan partikel yang menyerupai kata kerja, karena inna membuat subjek jumlah ismiyyah yg diikutinya dari objek (manshub), padahal inna hanya partikel.
Komponen Inna:
Ism Harfil Musyabbahi Bil Fi’l (اِسْمُ الْحَرْفِ الْمُشَبَّهِ بِالْفِعْلِ) = subjek dari inna
Khobar Harfil Musyabbahi Bil Fi’l (خَبَرُ الْحَرْفِ الْمُشَبَّهِ بِالْفِعْلِ) = predikat dari inna
Contoh:
Innas samaa-a shoofiyatun (إِنَّ الْسَّمَاءَ صَافِيَةٌ) = It’s true that the sky is clear.
Kalau subjek inna adalah kata ganti, maka subjek itu harus menempel menjadi akhiran kata ganti. Contoh:
Anaa jahizun (أَنَا جَاهِزٌ) = I’m ready.
Kalau ditambahi inna, menjadi: Innii jaahizun (إِنِّيْ جَاهِزٌ) = It’s true that I’m ready.
Hiyaa fataatun dzakiyyatun (هِيَ فَتَاةٌ ذَكِيَّةٌ) = SHE is a smart girl.
Kalau ditambahi inna, menjadi: Innahaa fataatun dzakiyyatun (إِنَّهَا فَتَاةٌ ذَكِيَّةٌ) = It’s true that she is a smart girl.
Huwa shodiiqii (هُوَ صَدِيْقِيْ) = He’s my friend.
Kalau ditambahi inna, menjadi: Innahu shodiiqii (إِنَّهُ صَدِيْقِيْ) = It’s true that he’s my friend.
F.2. Inna + La (إِنَّ+لَـ)
La (=certainly) bertujuan memberikan penekanan, bisa mengawali kata apapun, dan mengawali jumlah ismiyyah. Kalau Inna+La, maka la harus dipindah, dari “sebelum subjek” ke “sebelum predikat”. Pemindahan “la” ini dinamakan lam muzahlaqoh(اللاَّمُ الْمُزَحْلَقَةُ).
Contoh:
La zaidun shoodiqun (لَزَيْدٌ صَادِقٌ) = Certainly Zaid is honest.
Inna zaidan la shoodiqun (إِنَّ زَيْدًا لَصَادِقٌ) = It’s true that Zaid is, certainly, honest.
F.3. Anna (أَنَّ)
Yaitu berasal dari an + inna (أَنْ إِنَّ) = anna = that it’s true that.
Contoh:
Laqod ‘udtu (لَقَدْ عُدْتُ) = I have returned.
Ditambahi inna, menjadi: Innii qod ‘udtu (إِنِّي قَدْ عُدْتُ) = It’s true that I returned.
Contoh penggunaan anna: A lam ta’lamuu annii qod ‘udtu? (أَلَمْ تَعْلَمُوْا أَنِّي قَدْ عُدْتُ ؟) = Didn’t you know that it’s true that I returned?
Contoh lain: Dhonantu annal mau’idal yauma (ظَنَنْتُ أَنَّ المَوْعِدَ اليَوْمَ) = I thought that it’s true that the appointment is today.
An (أَنْ) vs Anna (أَنَّ): An hanya dipakai sebelum fi’l (yaitu sebelum jumlah fi’liyyah), bukan sebelum ism (yaitu sebelum jumlah ismiyyah). Anna bisa dipakai sebelum jumlah ismiyyah. An bermakna “to” dalam bahasa Inggris (sayang, tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia). Contoh: Uriidu an ata’allama (أُرِيْدُ أَنْ أَتَعَلَّمَ) = I want TO learn. An juga bisa dipakai di depan jumlah ismiyyah kalau an mendahului kalimat penjelas.
Contoh: Fa arsala ilaihi ANIL harbu wa syiikatun (فَأَرْسَلَ إِلَيْهِ أَنِ الْحَرْبُ وَشِيْكَةٌ) = Then he sent (message) to him THAT the war is imminent.
F.4. Laakinna (لَكِنَّ)
Yaitu berasal dari laakin (لَكِنْ) + inna (إِنَّ) = But it’s true that. Kadang diawali Wa, menjadi wa laakinna. Wa di sini TIDAK ADA ARTINYA dan TIDAK ADA GUNANYA.
Contoh:
Al kalaamu sahlu laakinnal fi’la sho’bun (الْكَلامُ سَهْلٌ لَكِنَّ الْفِعْلَ صَعْبٌ) = The talking is easy but it’s true that the doing is hard.
Isytaroitul kitaaba wa laakinnii lam aqrokhu ba’du (الْكَلامُ سَهْلٌ لَكِنَّ الْفِعْلَ صَعْبٌ) = I bought the book but it’s true that I didn’t read it.
F.5. Ka-anna (كَأَنَّ)
Yaitu berasal dari ka (كَ), an (أَنْ), dan inna (إِنَّ) = Like that it’s true that. Karena bahasa ini menjadi janggal di bahasa Inggris (ini kelemahan bahasa Inggris), maka ka-anna diterjemahkan menjadi It’s that … truthfully like.
Contoh:
Ka-anna zaidan asadun (كَأَنَّ زَيْدًا أَسَدٌ) = Zaid is like a lion.
Kalimat yang salah: Zaidun ka asadin (زَيْدٌ كَأَسَدٍ)
Kalimat yang salah: Inna zaidan ka asadin (إِنَّ زَيْدًا كَأَسَدٍ)
Kecuali kalau asadun berupa definite noun, maka tidak apa-apa, dan definite noun akan diterjemahkan sebagai indefinite noun. Kasus definite noun ini malah lebih umum terjadi di Arab.
Zaidun kal asadi (زَيْدٌ كَالأَسَدِ) = Zaid is like the lion.
Kalau definite noun tapi pakai ka anna, maka akan terkesan puitis: Ka anna zaidan al-asadu ( كَأَنَّ زَيْدًا الأَسَدُ) = Zaid is like the lion.
F.6. La’alla (لَعَلَّ)
Yaitu it’s hoped that, atau it may be that, atau semoga/ekspektasi. La’alla hanya dipakai untuk mengawali jumlah ismiyyah dan subjeknya juga manshub.
La’alla riimaa taktii ghodan (لَعَلَّ رِيْمَاْ تَأْتِيْ غَدًا) = It’s hoped that Rima come tomorrow.
La’allal marii-dlo qod maata (لَعَلَّ الْمَرِيْضَ قَدْ مَاْتَ) = Maybe the patient died –> ekspektasi, bukan semoga!!
F.7. Laita (لَيْتَ)
Yaitu it’s wished that.
Laitasy syabaaba ya’uudu yauman (لَيْتََ الشَّبَاْبَ يَعُوْدُ يَوْمًا) = It’s wished that the young returns a day (I wish I am young again one day)
Laitanii kuntu hunaaka (لَيْتَنِيْ كُنْتُ هُنَاْكَ) = I wish I was here.
F.8. Inna/Anna/Laakinna/Ka-anna/La’alla/Laita+Maa
Maa disini tidak mengubah arti, dan subjek setelahnya menjadi tidak manshub lagi. Sehingga akhruful mu-syabbahatu bil fi’l + MAA bisa juga dipakai sebelum jumlah fi’liyyah!! Maa ini dinamakan Maa Kaffah (مَا الْكَافَّةُ).
Innamaa taqoolul haqqo (إِنَّمَا تَقُوْلُ الْحَقَّ) = It’s true that you say the truth.
Print Friendly, PDF & Email
Post Views: 2,689
Kamis, 03 Juni 2021
PPDB RA. Darun Najah Keboncandi
assalamu'alaikum Wr. Wb.
sehubungan dengan pandemi virus covid19 kami selaku panitia penerimaan peserta didik baru tahun ajaran 2021-2022h.
menghimbau kepada wali murid agar tetap memayuhi protokol kesehatan dg memakai masker
waktu pendaftaran mulai pukul 07.00 s/d 12.00
demikiam pemberitahuan ininkami sampaikan dan terimakasij atas partisipasi dan kerjasanya...
Kamis, 27 Mei 2021
Selamat hari raya idul fitri 1442 h.
assalamu'alaikum wr wb.
minal aidin wal faizin...
mohon maaf lahir dan batin..
teruntuk bagi pembaca...
maaf sebelumnya karna sudah lama tidak update..
karna memanbg sangat sibuk dengan urusan dunia...
saudara-saudaraku yg tercinta...
melihat dengan keadaan pandemi covid19 dan bencana alam yg terus menerus hilir gilir berganti...
hingga pada fenomena alam yakni gerhana bulan total/blood moon kemarin yg terjadi pada hari rabu berteatan dengan 15 syawal 1442 h...
ini membuat kita diharuskan untuk selalu berintropeksi diri, agar kita senantiasa mendekatkan diri kita kepada Alloh swt. dan menambah ketaqwaan kita...
amin amin amin...
semoga sedikit renungan ini menjadi inspirasi kisaya sendiri dan saudaraku sekalian
Jumat, 27 November 2020
the Santri
para pejuangan yg berseragam sarung & peci hitam, mereka bangga dan tidak ada rasa malu dengan kostum seadanya tersebut...
itulah mengapa mereka dikatakan sebagai penerus dan pemegang tradisi belajar mengajar ala kiai dan santri jaman dulu...
mereka tidak memikirkan masa depan mereka seperti halnya yg di katakan lembaga pendidikan formal yg menjajikan pekerjaan yg mapan jabatan dan penghasilan...
mereka hanya niat menghilangkan kebodohan dalam diri mereka dan menimbah ilmu sebanyak2nya...
mereka mencari ridho alloh, guru dan orang tua....
demikian sepenggal ulasan tentang santri yg di anggap remeh oleh para pemburu dunia...
Jumat, 19 Juni 2020
Pemburu pengetahuan
Menimbah ilmu itu bukan hanya sekedar belajar di saat kita dalam jenjang pendidikan belaka...
Dalam hadis yg sering kita dengarkan seperti "mencari ilmu itu di wajibkan bagi kaum muslimin dari kita lahir hingga kita mati".
demikianlah kata mutiara baginda rosululloh dg penuh ketulusan & kesucian hati beliau baginda tidak pernah lelah menimba ilmu baik itu urusan duniawi dan ukhrowi...
Baginda tidak pernah menyembunyikan apa yang belau ketahui karna, karna memberi pengetahuan itu menambah rasa ingin mengetahui lebih dari apa yang di ketahui...
Demikianlah walau hanya sebuah coretan seadanya semoga bisa menambah kecintaan kita pada baginda rosulillah محمد صلی الله علیه وسلم
Langganan:
Postingan (Atom)